Berita mengenai peluncuran sebuah satelit milik BRI tentu saja membuat banyak masyarakat yang bertanya-tanya. Apakah sebuah bank benar-benar memerlukan satelit sendiri? Pertanyaan ini menjadi ramai di kalangan masyarakat.
Kebutuhan Akan Adanya Sebuah Satelit Bagi Industri Perbankan
Memang tidak ada salahnya jika industri perbankan memiliki sebuah satelit sendiri. Namun hal itu menjadi sedikit tidak lumrah karena yang meluncurkan satelit bukan seperti perusahaan telekomunikasi yang jelas akan kebutuhannya.
Heru Sutadi, seorang pengamat telekomunikasi, menyatakan bahwa status bank BRI sebagai bank pertama yang mempunyai satelit sendiri merupakan hal yang menarik. Ia menegaskan perihal apakah pilihan tersebut tepat atau tidaknya, hanya waktu yang mampu membuktikan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi kebutuhan operasional, BRI memang membutuhkan satelit guna mendukung kinerjanya. Peluncuran satelit milik BRI tersebut menghabiskan dana yang fantastis. BRI menggelontorkan dana hingga Rp 500 miliar demi untuk menyewa jaringan melalui satelit agar dapat menghubungkan antar bank-bank milik mereka di seluruh pelosok Indonesia, yang ini tidak dapat dihubungkan dengan menggunakan kabel. Apalagi cabang bank BRI banyak yang tersebar hingga sampai ke desa-desa.
Heru menambahkan di sisi lain, BRI juga harus mempertimbangkan mengenai biaya operasional dari satelit milikinya tersebut. Sebab ini adalah hal baru yang tentu di luar core bisnis dari BRI sebelumnya. Jadi pasti ada sisi positif dan negatifnya dengan adanya satelit milik BRI itu.
Peluncuran satelit BRI tersebut rencananya akan dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2016 di Kourou, wilayah Guyana Prancis. Satelit ini diberi nama BRIsat yang akan menggunakan 2 frekuensi, yaitu KU band dan C band.
Rencananya, KU Band akan digunakan untuk komunikasi yang bersifat non keuangan sedangkan C band diperuntukkan bagi transaksi keuangan. KU band tersebut menggunakan frekuensi gelombang tinggi yang mempunyai power kuat, sedangkan C band memakai gelombang rendah yang tahan cuaca.
Satelit ini mempunyai 45 transponder yang nantinya sebagian transponder tersebut akan dialokasikan untuk kepentingan negara Republik Indonesia. Satelit ini dapat bertahan hingga 17 tahun di angkasa.
Satelit BRIsat ini akan menempati filing orbit 150.5 BT, wilayah jangkauannya meliputi Indonesia, Asia Timur mencakup sebagian China, ASEAN, Australia Barat, dan Laut Pasifik mencakup Hawaii.